Jumat, 08 April 2011

Model-model Analisis


Model-model Analisis
         
Usaha untuk pemecahan permasalahan tersebut sudah tentu tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Dalam usaha ini perlu dilakukan analisa dan perkiraan potensi perkembangannya dimasa yang akan datang dengan melakukan proyeksi.

          A. Kependudukan
          Metoda yang dapat dipergunakan memperkirakan jumlah  penduduk dimasa yang akan datang antara lain :
1.   Bunga Berganda
2.   Regresi Linier
3.   Cohort Survival Method (CSM)
4.   Polynomial
          Sedangkan untuk melihat perbandingan jumlah penduduk menurut struktur usianya (terutama usia pendidikan dan usia produktif) sebagai patokan untuk menghitung kebutuhan jumlah unit dan ruang fasilitas pendidikan dimasa mendatang, dapat dihitung dengan menggunakan "metoda Sparague".
l.        Bunga Berganda
Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya. Rumus matematis bunga berganda adalah :

Pt + n  = Pt (1 + r) n

Dimana :
Pt          =  Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun dasar t
Pt+n      =  Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t+n
r            =   Rata-rata prosentase tambahan jumlah penduduk daerah yang  diselidiki  berdasarkan data masa lampau.
2.   Regresi Linier
Proyeksi jumlah penduduk dengan pendekatan statis­tik adalah dengan cara regresi linier. Teknik ini merupa­kan teknis secara grafis, dengan cara garis ekstrapolasi  ditarik dengan metoda selisih kuadrat minimum. Secara matematis, garis regresi dinyatakan dengan persamaan :

P = a + bx
Dimana :
P       =          Jumlah penduduk daerah yang diselidiki
x       =          Nilai yang diambil dari variabel bebas
a,b    =          Konstanta
Perhitungan konstanta diperoleh berdasarkan perhitungan :

P = Na + b X        (1)

  PX = a X + b X2   (2)

Persamaan (1) dan (2) memberi harga :

           P   X2  -   X   XP
a =
           N   X2  - (  X)2 

           N   XP  -   X   P
b =
              N   X2   - (  X) 2 
                            
Dengan  N = Jumlah tahun data pengamatan.
Untuk  kepentingan  proyeksi, rumus  regresi  linier ditulis :
           
Pt + n = a + b X t + n

3.  Cohort Survival Method (CSM)
Teknik perhitungan ini didasarkan pada selisih antara angka kematian dan angka tetap hidup berbagai ke­lompok umur, kelamin, dan lain-lain. Biasanya penduduk dikelompokkan menurut usia. Untuk mengetahui pertambahan keseluruhan, kelompok umur yang tetap hidup dijumlahkan. Untuk mengetahui laju pertambahan penduduk masing-masing kelompok umur, digunakan daftar kematian tiap-tiap kelom­pok umur, dan juga angka keseluruhan wanita tiap kelompok umur.
Untuk tiap selang (interval) usia, pertambahan jumlah penduduk diperhitungan dari :
·    Jumlah wanita melahirkan pada tiap kelompok usia,
·    Jumlah tetap hidup dengan menggunakan laju kematian pada tiap kelompok usia.

Keuntungan dari teknik ini adalah hasil dari perk­iraan penduduk berdasarkan kelompok umur, tetapi menuntut persyaratan kelengkapan data. Usaha pendistribusian penduduk dilakukan untuk dapat pula mengurangi tekanan di daerah yang sangat padat dengan memperhatikan kepadatan minimum dan dikaitkan dengan usaha pengembangan/pembagian fasilitas dan utilitas lingkungan.

          B. Analisis Ekonomi
          Jenis pendekatan yang dipergunakan pada analisis ini adalah Metoda Location Quotient (LQ), dengan rumus :

                     Si/Ni            Si/S       
    LQij  =                  =
                      S/N            Ni/N
Dimana :  
Si         = Jumlah buruh industri i di daerah  yang diselidiki.
S          = Jumlah  buruh  industri  seluruhnya  didaerah yang diselidiki.
Ni        = Jumlah buruh industri i  di   seluruh negara  atau  daerah  yang  lebih  luas dimana  daerah  yang diselidiki menjadi bagiannya.
N         = Jumlah  seluruh buruh diseluruh negara atau  daerah  yang  lebih  luas  dimana daerah yang diselidiki jadi bagiannya.

          C.           Pengembangan Jaringan Jalan
          Pengembangan jalan ini berfungsi untuk menentukan kemudahan hubungan antar tiap-tiap pusat kegiatan, dimana hal yang perlu dinilai adalah :
1.   Pengukuran Nilai Volume/Kapasitas (V/K) atau LHR (Lalu-lintas Harian Rata- rata)
2.   Penilaian Kondisi Jalan dan Prioritas Penanganannya
3.   Penentuan Fungsi Jaringan Jalan
4.   Pengukuran Aksesibilitas
          Untuk mengetahui kemudahan daya hubung atau aksesibili­tas antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, misalnya antara pusat pelayanan ke pemukiman, dapat digunakan beberapa cara yang mungkin akan digunakan adalah :
* Nilai aksesibilitas

                FKT  
      A =
                 d
Dimana :
A       =  Nilai aksesibilitas
F        =  Fungsi jalan 
K       =  Konstruksi jalan
T       =  Kondisi jalan (baik,sedang,buruk).
d        =  Jarak
Asumsi yang digunakan dalam metoda ini adalah :
·    relief topografi dianggap sama,
·    selera/faktor sosial diabaikan,
·    hanya ada satu jalan ke tempat yang dituju.

* Indeks aksesibilitas


                 Ej      
       Ai =           b
                dij      

Dimana :
Ei      =   Ukuran aktivitas (dapat  digunakan antara lain jumlah penduduk usia kerja)
dij      =   Waktu tempuh perjalanan  antara  daerah i dan j
b        =   Parameter

Perhitungan parameter b, dilakukan dengan menggunakan   grafik regresi linier, diperoleh berdasarkan perhitungan  :

                 T     
      k =
                P

Dimana :
T       =   Total individu trip
P        =   Jumlah penduduk di seluruh daerah

                     PiPj  
     Tij = k
                       P
Dimana :
Tij     =  Hypothetical trip volume
PiPj    =  Jumlah penduduk di daerah i dan j
P        =  Jumlah penduduk seluruh daerah

          D. Tinjauan Terhadap Pola Penggunaan Lahan
          Pengukuran  intensitas penggunaan lahan dapat mem­pergunakan metoda penentuan nilai :
1.   Location Quotient (LQ)
·    Untuk setiap penggunaan yang mempunyai nilai LQ>1 menunjukkan bahwa  intensitas  penggunaan  tersebut tinggi,
·    Untuk setiap penggunaan yang mempunyai nilai LQ<1 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan tersebut rendah
2.   Dominasi kegiatan
3.   Kajian mengenai kepadatan bangunan (KLB dan KDB saat ini) dan sempadan bangunan, yang dihubungkan dengan kebutuhan dimasa mendatang.

          E.  Pola Penyebaran dan Penyediaan Fasilitas/Utilitas
          Tinjauan terhadap penyebaran dan penyediaan fasilitas perkotaan, dimaksudkan untuk mengetahui :
·    kelengkapan dan tingkat pelayanan setiap fasilitas dan utilitas perkotaan,
·    kemerataan pelayanan fasilitas dan utilitas perkotaan ke seluruh bagian wilayah kota atau blok peruntukan,
·    hasil guna dan daya guna tiap-tiap jenis fasilitas dan utilitas perkotaan,
·    kualitas pelayanan fasilitas dan utilitas.
          Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis fasilitas didalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas umum yang memiliki tingkat pelayanan 100 % mengandung arti bahwa fasilitas tersebut, memiliki kemampuan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu kota dihitung tingkat pelayanannya dengan rumus :

                      aij/bj           
    T.Pij  =                 x 100% 
                      Cis       
    
Dimana :           
T.Pij  =   Tingkat Pelayanan Fasilitas i di kota j
aij      =   Jumlah Fasilitas i di kota j
bj       =   Jumlah Penduduk di kota j
Cis     =   Jumlah Fasilitas i per satuan penduduk Menurut  standar kota yang dipergunakan

          F. Analisis Perkiraan Kebutuhan Ruang
          Model yang digunakan dalam menentukan kebutuhan ruang kota ini adalah berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan sistem yang berlaku di Indonesia.
          Beberapa model standar yang dapat dipergunakan untuk  memperkirakan kebutuhan ruang tersebut,  antara lain :
·    Pedoman  standar lingkungan  pemukiman kota  (Puslitbang Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum).
·    Pedoman standar pembangunan perumahan sederhana.     
·    Peraturan Bangunan Nasional.
·    Undang-undang  Nomor 13 tahun 1980 tentang jalan (Departemen Pekerjaaan Umum Republik Indonesia).
·    Peraturan Geometris jalan raya  dan jembatan (Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum).      
·    Peraturan Pemerintah  Republik Indonesia Nomor 26 tahun 1985  tentang  jalan  (Direktorat  Jenderal  Bina  Marga Departemen Pekerjaan Umum).

          G. Struktur Tata Ruang
          Analisis terhadap struktur tata ruang kota dilaku­kan untuk mengetahui pola tingkatan pusat-pusat kegiatan yang ada di dalam kota. Pengelompokan kegiatan dan fasilitas/utilitas perkotaan pada lokasi-lokasi tertentu memberikan fungsi tertentu  pada lokasi tersebut,  yaitu  sebagai pusat-pusat pelayanan bagi kebutuhan penduduk kota.
Pendekatan yang dilakukan adalah :
·    Pengarahan dalam penempatan sarana sosial-ekonomi.
·    Penilaian keterpusatan fasilitas pelayanan, hal ini bertujuan untuk mewujudkan pusat-pusat dan sub pusat pusat pelayanan sebagai penopang kegiatan kota pada bagian-bagian wilayah pelayanannya.
·    Pendistribusian jumlah penduduk.
·    Akasesibilitas antar setiap pusat dan sub pusat pelayanan yang dinilai.
         
Adapun metodanya adalah :
·    Centralitas
·    Penentuan nilai indeks dari setiap faktor dalam penentuan pusat/sub pusat pelayanan
·    Sistem pembobotan
·    Skalogram
·    Optimal location dengan sistem median, yang metodanya terdiri dari Algoritma Substitusi Verteks, Maranzana dan sebagainya.

          H.           Lahan Potensial dan Pengaturan Daerah Konservasi
          Konsep pengaturan daerah konservasi untuk kelestarian lingkungan dan untuk melindungi daerah-daerah sekitar sungai dan jalur hijau jalan utama, dilakukan berdasarkan hasil analisis keadaan fisik dasar (topografi, geologi dan soil, hidrologi, vegetasi, dan sebagainya), keadaan flora dan fauna dan peningkatan sejarah. Dari analisis ini dapat dihasilkan daerah yang dapat menampung berbagai kegiatan yang tidak merusak kelestarian lingkungan. Metoda yang dapat dipergunakan adalah dengan melakukan Analisis Tumpang Tindih (Super Impose) dari hasil-hasil analisis fisik dasar untuk memperoleh lahan yang dapat dikembangkan (daya dukung lahan).

          I.            Analisis untuk Rencana Kebutuhan Investasi dan Sumber Pembiayaan Pembangunan Daerah

1.  Perhitungan ICOR
Perhitungan ICOR dilakukan dengan menggunakan masa tenggang satu tahun. Misalnya investasi yang dilakukan pada tahun 1993, rata-rata, rata-rata baru dapat menaikan pendapatan (PDRB = produk domestik regional bruto) pada tahun 1994. Perhitungan ICOR dilakukan dengan menggunakan rumus :


                It     
  k =
              Yt+1

Dimana :
k         =        ICOR
It         =        Investasi pada tahun t
Yt+1   =        Peningkatan PDRB pada tahun t+1

2.   Perkiraan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pendekatan Produk Domestik  Regional Bruto adalah merupakan salah satu alat untuk mengetahui tingkat perkem­bangan daerah. Dikaitkan dengan jumlah penduduk, PDRB dapat mencerminkan tingkat pendapatan perkapita dari dae­rah bersangkutan akan memberikan gambaran laju pertumbuhan daerah.
3.   Perhitungan Kebutuhan Investasi
Kebutuhan investasi dihitung dengan menggunakan rumus :    

I  = k.g.y
Dimana :
I     =   Jumlah investasi
k    =   ICOR
g     =   Laju pertmbuhan ekonomi
y    =   Produk Domestik Bruto Regional (PDRB)



4.  Perkiraan Pendapatan Asli Daerah
Dalam merencanakan dan memperkirakan pendapatan asli daerah dilakukan dengan memperhatikan komponen-kompo­nen yang mempengaruhi pendapatan tersebut, disamping ke­cenderungan-kecenderungan pada tahun- tahun yang lalu untuk komponen-komponen penerimaan/pendapatan yang kira-kira sifatnya sama, pertama-tama akan digunakan rumus regresi :

Yt   = a + bXt

Dimana :
Yt     =     Jumlah pendapatan pada tahun t
a       =     Konstanta
b       =     Koefisien regresi
Xt     =     Jumlah  pendapatan  komponen obyek pendapatan utama pada tahun t      

Jumat, 01 April 2011

POTENSI DAN PERMASALAHAN OBYEK WISATA PANTAI LAWATA KOTA BIMA

 
POTENSI DAN PERMASALAHAN
OBYEK WISATA PANTAI LAWATA KOTA BIMA

Wahyudin, Bambang Heryanto, Riekje Hehanusa Pangkerego

ABSTRACT
The development of tourism sector in the town of Bima not too fast so that its influence on the growth of real income is still lacking, this happens because the object of development and tourist attraction in the town of Bima not been optimized in terms of tourism potential in the town of Bima is very large, with the occurrence nature tourism, cultural tourism, etc.. These conditions have an impact on the lack of adequate human resources, accompanied by lack of funds to develop these ODTW.
Implementation of research potential and problems of tourism Lawata Beach intends to reveal its potential tourist objects and obstacles in its development. Where on the beach attractions Lawata previously known and visitors had a very busy, but with a very poor condition as when it makes these attractions become barren and deserted visitors.
The variables used in this study include: attraction and tourism, accessibility, facilities and infrastructure, environmental management and institutional tourism. Which will then be analyzed based on the potential and problems of tourism but earlier is revealed physical characteristics Lawata Coast attractions itself.
The results of analysis carried out showed that the potential Lawata coast has the potential of natural and historical potential / history sebagaia Lawata beach a tourist attraction and is located in a strategic region, where the town of Bima is a national tourist route path. While the results of analysis of the issue of constraints is the existence of competitiveness with natural attractions with a culture and a lack of good cooperation with private / travel agency and the lack of promotion made by the manager.
Therefore, local government policy towards the tourism sector needs to be reviewed, and expected from the manager who in this case is the Milky Municipality for more serious attention and object development and tourist attraction because it is a natural wealth that is potentially never- exhausted.
Keywords: Potential of Tourism, Tourism Development Constraints


PENDAHULUAN
Salah satu sektor peningkatan perekonomian adalah pembangunan pada sektor pariwisata yang mengemban tugas dan tujuan yaitu meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan usaha, lapangan kerja, menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air, dan memperkokoh persatuan, kesatuan, melestarikan budaya dan lingkungan serta mengembangkan pariwisata nusantara.
Kota Bima merupakan salah satu daerah yang berkepentingan dalam mengembangkan kepariwisataannya, terutama untuk memajukan perekonomian daerah. Untuk mempercepat pertumbuhan perekonomiannya maka Kota Bima perlu meningkatkan sektor  perekonomian tersebut supaya didominasi oleh sektor modern. Bidang yang diperhitungkan untuk mampu menggeser struktur tersebut adalah bidang pariwisata, karena bidang ini meliputi berbagai sektor (multisektoral) seperti hotel, restoran, transportasi, komunikasi, travel agent dan sebagainya. Ditinjau dari letak secara geografis, Kota Bima merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang strategis, yaitu berada diantara daerah tujuan wisata internasional, yaitu Pulau Bali di sebelah Barat, Pulau Komodo di sebelah Timur dan Tana Toraja di sebelah Utara.
Pantai Lawata merupakan salah satu kawasan wisata alam pantai yang terdapat di Kota Bima dan sudah sejak tahun 1961 Pantai Lawata menjadi sebuah obyek wisata atau tempat piknik bagi masyarakat Bima. Pantai Lawata terletak di Kelurahan Sambinae dengan jarak  5 km dari pusat Pemerintahan kota Bima. Di Pantai Lawata terdapat bukit-bukit kecil yang memiliki dua buah gua kecil, dengan panorama alam yang indah serta pantainya sangat jernih sebagai tempat yang bagus untuk olahraga air atau sebagai tempat permandian air laut.
Kondisi fisik kawasan wisata Pantai Lawata sekarang ini sudah jauh dari harapan, dimana lingkungan Pantai Lawata yang dulunya sangat sejuk dan sangat bagus untuk menikmati keindahan panorama alamnya, tetapi saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat drastis dimana sudah terkesan sangat berantakan, kotor dan sebagian besar bangunan dalam kawasan sudah mengalami rusak parah serta sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata masih sangat kurang.
Hingga saat ini kondisi kawasan wisata Pantai Lawata dirasakan belum bisa memberikan kepuasaan yang maksimal kepada para pengunjung, dimana belum maksimalnya pelayanan sarana dan prasarana pengunjung. Sehingga memerlukan pembenahan serta belum tersedianya tempat parkir dan fasilitas penunjang lainnya yang sedikit banyak akan mempengaruhi jumlah kunjungan pada masa yang akan datang. Dari uraian kondisi Pantai Lawata di atas yang semakin lama semakin bertambah amburadul dan berantakan yaitu baik lingkungan, sarana dan prasarananya sehingga sangat mempengaruhi jumlah pengunjung pada obyek wisata tersebut.

TUJUAN PENELITAN
1.    Mendeskripsikan gambaran tentang karakteristik fisik obyek wisata Pantai Lawata.
2.    Manemukenali potensi dan permasalahan pada objek Wisata Pantai Lawata.
3.   Membuat rekomendasi pengembangan objek wisata Pantai Lawata untuk masa yang akan datang.

LOKASI PENEITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu pada bulan Februari sampai Bulan Bulan Juli Tahun 2008, dan berlokasi di Obyek wisata Pantai Lawata yang ada di Kelurahan Sambinae, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan adalah seseorang yang terdorong oleh suatu keperluan melakukan perjalanan dan persinggahan sementara, diluar tempat tinggalnya untuk jangka waktu lebih dari 24 jam tidak dengan maksud untuk mencari nafkah.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.
Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut diantaranya meliputi :
a.  Penyediaan prasarana: jalan raya, pelabuhan laut (marina), pelabuhan udara, terminal, listrik dan air bersih.
b.  Penyediaan sarana pokok: akomodasi (penginapan atau hotel), sarana makan dan minum (restoran, rumah makan, cafe), sarana angkutan (darat, laut dan udara), sarana wisata tirta, kawasan parawisata.
c.  Penyediaan sarana penunjang seperti cinderamata, tempat penukaran uang, warpostel dan lain-lain.
d.  Usaha jasa para wisata; usaha perjalanan wisata, jasa pramuwisata, jasa pengatur konvensi, jasa perjalanan insentif dan pameran, jasa impresariat, jasa konsultan pariwisata, jasa informasi pariwisata.
Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Pelaku Pariwisata adalah setiap orang atau badan usaha yang secara sistematis terlibat dalam proses mata rantai dunia kepariwisataan.
Taman Rekreasi adalah suatu usaha menyediakan tempat dan berbagai jenis fasilitas untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani yang mengandung unsur hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai usaha pokok dari suatu kawasan tertentu dan dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum serta akomodasi.
Industri pariwisata adalah kegiatan usaha dengan maksud untuk mencari keuntungan dalam ruang lingkup penyediaan dan penyelenggaraan fasilitas perjalanan berupa transportasi, akomodasi, restoran, hiburan souvenir, atraksi kebudayaan serta fasilitas lainnya yang dibutuhkan wisatawan.
Rekreasi adalah kegiatan aktif maupun pasif yang dilakukan dengan bebas dan kreatif dalam waktu senggang sebagai selingan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan kegemaran.
Akomodasi adalah tempat untuk menginap maupun beristirahat dengan penyediaan fasilitas yang diperlukan wisatawan/tamu, baik dengan pelayanan maupun tanpa pelayanan makan dan minum.
Hotel adalah suatu usaha akomodasi yang dikelola secara komersil dengan menyediakan layanan penginapan serta makanan dan minuman.
Pariwisata Perkotaan
Pariwisata perkotaan merupakan salah satu bentuk wisata yang memanfaatkan fasilitas perkotaan yang memberikan suatu pengalaman bagi wisatawan karena atribut yang dimiliki oleh kota tersebut (Dieny Ferbianty,2007), seperti:
a.   Peninggalan gedung-gedung bersejarah seperti : musium, rumah tinggal orang terkenal, gedung pemerintah dan swasta.
b.   Lokasi dan posisi geografis yang menarik
c.   Perbelanjaan, tempat makan minum dengan berbagai gaya dan selera yang memberikan kesan prestisius bagi pencari identitas
d.   Tempat berlangsungnya berbagai event menarik seperti Olimpiade, Grand Prixx serta berbagai festival
 (Hilman Purwakusuma, Pikiran Rakyat,10 November 2006)

Metode Analisis
Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan maka analisis dan teknik analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Adapun metode analisis kuantitatif dan kualitatif yang digunakan adalah:
1.    Analisis deskriptif kualitati dan kuantitatif
Analisis kualitatif adalah metode yang bersifat deskriptif yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas apa yang ada di lapangan disertai dengan perbandingan-perbandingan.
2.    Analisis scoring
Metode pembobotan dilakukan untuk membuat klasifikasi penilaian terhadap suatu kondisi obyek wisata dan daya tarik wisata serta penilaian lingkungan yang tidak dapat diterjemahkan melalui penilaian kuantitatif.
3.    Analisis fotomapping
Foto mapping adalah salah satu bentuk analisis yang menampilkan tentang potensi dan kendala yang terdapat pada sektor pariwisata dengan menggunakan foto.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan data-data dan informasi yang ada pada lokasi penelitian. Adapun langkah-langkah pengambilan data adalah:
1.  Teknik pengumpulan data primer yaitu:
a.  Observasi, yaitu pengamatan langsung ke lokasi penelitian.
b.  Quisioner yaitu dengan membagikan daftar pertanyaan quisioner pada responden.
c.  Melakukan survei instansional.
d.  Wawancara langsung, yaitu melakukan tanya jawab langsung terhadap informan kunci yang dijadikan narasumber.
2.   Teknik Pengumpulan Data Sekunder yaitu  :
a.  Mengumpulkan literatur yang berupa buku, karya ilmiah dan literatur lain  yang berkaitan dengan pokok masalah.
b.  Mengumpulkan data-data statistik yang diperoleh dari kelurahan setempat serta dari dinas ataupun instansi terkait
Pembahasan
1.    Karakteristik Fisik Obyek Wisata
a.    Kondisi fisik dasar
Topografi di sekitar pesisir pantai dapat dikatakan datar, yaitu berada pada kemiringan lereng 2% - 6% dan lahan landai berada disepanjang tepian pantai dengan kemiringan 7% - 20%. Sedangkan lahan disebelah utara dan di tengah kawasan memilki kemiringan lahan yang amat curam, yaitu berkisar hingga 20% – 40%.
b.    Pola dan jenis penggunaan lahan
Berdasarkan sebaran lokasi kegiatan utama kawasan yang ada di Pantai Lawata dapat dikatakan bahwa struktur kegiatan kawasan Pantai Lawata berpola linear, artinya semua kegiatan berada di pinggir jalan serta di bawah bukit. Adapun luas dan jenis penggunaan tanah di daerah Wisata Pantai Lawata seluas 50 Are, meliputi: cottage, penginapan, kiso/warung, dermaga, kolam renang, toilet, dll.


c.    Atraksi Wisata
Pantai Lawata dapat dikategorikan pantai indah yang belum terjamah, selain potensi taman lautnya yang indah, dan Pantai Pasir Putih ini dikelilingi oleh perbukitan yang memiliki view yang sangat indah ke arah laut. Dari perbukitan tengah-tengah kawasan berada pada ketinggian rata-rata 10 m dpl dapat menikmati seluruh pemandangan panorama alam pantai/teluk Bima secara utuh. Potensi yang perlu untuk digali dan dikembangkan di objek wisata Pantai Lawata antara lain sebagai berikut:
1.    Pasir putih
2.    Laut yang bersih berpotensi sebagai tempat permandian
3.    Wisata Bahari (pantai pasir putih, taman laut, olahraga air)
4.    Sun Set
5.    goa
6.    Pemandangan alam pegunungan yang ada di sekitar kawasan
7.    Sejarah/historis Pantai Lawata
d.    Sarana dan prasarana kepariwisataan
Obyek wisata pantai Lawata sudah dilengkapi dengan fasilitas dan utilitasnya sebagai pendukung kegiatan kepariwisataan. Jenis fasilitas pendukung yang terdapat di obyek wisata Pantai Lawata  antara lain: fasilitas perdagangan dan jasa, pusat informasi, penginapan, tempat parkir, cottage, tempat penyewaan barang dan sebagainya.
2.    Analisis Potensi Obyek Wisata
a.    Atraksi wisata
·    Keaslian dan Kealamian Lingkungan
Berdasarkan hasil observasi kuisioner dapat diketahui bahwa sebanyak 76% responden mengatakan bahwa pantai Lawata masih menjaga keaslian dan kealamian lingkungannya, 23% mengatakan telah terjadi sedikit perubahan terhadap lingkungan dan 1% responden mengatakan perubahan yang terjadi sangat besar terhadap lingkungannya.
Sedangkan dari hasil observasi lapangan didapatkan bahwa lingkungannya masih sangat alami dan masih asli, dimana pada obyek wisata pantai Lawata masih tetap dijadikan sebagai obyek wisata dan belum ada perubahan yang besar yang terjadi terhadap lingkungan.






keaslian dan kealamian lingkungan obyek wisata Pantai Lawata
·      Keunikan Atraksi wisata
Obyek wisata pantai Lawata memiliki atraksi wisata yang unik, yang antara lain seperti keunikan panorama alam pegunungan yang ada di kawasan obyek wisata dan di depan kawasan serta panorama alam pantainya yang memiliki hamparan pasir putih dan sebagian pantainya terdapat terumbu karang.
Dari hasil observasi kuisioner sebanyak 65% responden mengatakan bahwa atraksi wisata yang terdapat pantai Lawata dapat memuaskan kepada wisatawan dan 35% mengatakan belum memuaskan karena sarana dan prasarana kepariwisataan di pantai Lawata masih sangat kurang bahkan sebagian sarana dan prasarananya sudah tidak dapat digunakan lagi karena mengalami kerusakan terhadap struktur bangunannya.





Diagram persepsi wisatawan tentang kepuasaan terhadap atraksi wisata yang terdapat di Pantai Lawata
b.    Obyek wisata
Pantai Lawata merupakan obyek wisata alam pantai, dimana memiliki keindahan alam yang alami serta berpanorama indah. Keunikan sumber daya alam yang dimiliki Pantai Lawata yaitu seperti air laut yang bersih, tenang dan tidak berombak serta perbukitan yang berhutan tropis.
Pantai Lawata merupakan salah satu obyek wisata yang termasuk dalam paket perjalanan wisata di Kota Bima dan sekitarnya. Paket perjalanan wisata yang ditawarkan adalah wisata alam, wisata budaya dan wisata minat khusus, yang antara lain sebagai berikut:
1.    Wisata Alam
Obyek wisata alam yang terdapat dikawasan pariwisata Teluk Bima: Pantai Lawata, Pantai Amahami, Pantai Kalaki dan Pantai Ule, Pulau Kambing yang ada di tengah Teluk Bima, Gunung Soromandi, Gunung Parewa dan Gunung Londa. Terdapat juga Goa peninggalan Jepang di Obyek Wisata Pantai Lawata.
2.    Wisata Budaya
Obyek wisata budaya yang tersedia adalah Desa Tradisional Donggo dengan Uma Lengge yang merupakan warisan leluhur Bima (Ncuhi), Lengge Sambori, Batu Pahat (Wadu Pa’a) yang merupakan situs purbakala, Museum Istana Kesultanan Bima (Asi Mbojo), Makam Dana Traha, Makam Tolo Bali dan Makam Datuk Dibanta Bima, Sentra Kerajinan Tenunan Rabadompu dan sarana Penangkapan ikan (Bagan).


3.    Wisata Minat Khusus
Obyek wisata minat khusus adalah berlayar, selancar, renang / selam, pancing, petualangan, pendakian dan panjat tebing serta gantole / layar gantung dan paragliding.
4.    Even Budaya Dan Pariwisata
Event Budaya dan Pariwisata yang sudah berkembang adalah upacara adat U’a Pua, festival bahari dan pacuan kuda tradisional.


c.    Aksesibilitas
Bila ditinjau dari segi geografisnya Kota Bima, di dukung dengan letak geografis daerah Bima yang sangat strategis dimana merupakan jalur persinggahan dari rute pariwisata nasional (Indonesia barat – Indonesia timur) dari Jawa-Bali-Lombok menuju NTT.
a.    Prasarana Jalan
prasarana jalan yang menuju obyek wisata merupakan jalan arteri primer atau jalan penghubung antar Provinsi, sehingga selalu mendapat perhatian dan perawatan yang rutin oleh Pemerintah setempat. Kondisi prasarana jalannya dapat dilihat pada gambar berikut.







Prasarana jalan di Kota Bima

b.    Jarak Tempuh
Pantai Lawata terletak pada kawasan yang sangat strategis yaitu dekat dengan jalan arteri primer dan dekat dengan pusat kegiatan di Kota Bima. Jarak tempuh dari pusat-pusat kegiatan yang ada di Kota Bima dengan lokasi Pantai Lawata hanya memakan waktu selama 10-15 menit dengan jarak 5 km dari pusat Pemerintahan dan 1 km dari pusat perdagangan Kota Bima dengan waktu tempuh 5-10 menit.
c.    Kemudahan Pencapaian
Berkaitan dengan letaknya pantai Lawata yang sangat strategis yaitu terletak dekat jalan arteri primer atau jalan penghubung antar Provinsi dan dekat dengan pusat-pusat kegiatan di Kota Bima, jadi untuk berkunjung di Pantai Lawata tidak terlalu sulit.
d.  Sarana dan prasarana
Pada umumnya fasilitas kepariwisataan di obyek wisata pantai Lawata sudah tersedia untuk mendukung aktivitas wisatawannya. Pantai Lawata merupakan salah satu obyek wisata yang termasuk lengkap fasilitasnya bila di bandingkan dengan obyek wisata lain di Kota Bima.
Dari hasil observasi lapangan diketahui kondisi eksisting prasarana obyek wisata pantai Lawata masih sangat kurang penyediaan dan kualitas prasarananya.  Sedangkan dari hasil penyebaran  kuisioner sebanyak 97% dari 100 responden mengatakan bahwa keberadaan prasarana kepariwisataan di Pantai Lawata belum mampu memenuhi kebutuhan para wisatawan dan membuat wisatawan tidak nyaman.











Diagram Persepsi Wisatawan Mengenai Tingkat Pelayanan Sarana Dan Prasarana Kepariwisataan di Obyek Wisata Pantai Lawata
e.   Pengelolaan lingkungan
·      Perubahan Pola Lingkungan
Pada dasarnya obyek wisata Pantai Lawata tidak mengalami perubahan fisik yang sangat besar. dimana Pantai Lawata  menjual panorama alam pantainya sebagai daya tarik utama, Sehingga pembangunan yang terjadi memacu pada kebutuhan para wisatawan. Pembangunan yang pernah dilakukan sebelumnya adalah hanya melakukan pembenahan terhadap sarana dan prasarananya, jadi lingkungan obyek wisata Pantai Lawata masih sangat alami.
·      Daya Dukung Lahan
Daya dukung lahan, mencakup ketelitian dalam memperhatikan kesesuaian lahan dengan pembangunan yang dilakukan. Pembangunan yang dilakukan dikawasan wisata pantai Lawata mengikuti pola kondisi topografi tanah karena mengingat kondisi topografinya sangat bervariasi yaitu dari daerah yang datar sampai berbukit..
f.    Kelembagaan
·      Pengelolaan Obyek Wisata
Struktur pengelolaan obyek wisata pada saat ini masih dikelola oleh pihak Pemerintah Daerah, tetapi sebelumnya obyek wisata pantai Lawata dikelola oleh pihak swasta dimana para investor menjadikan sebagai tempat rekreasi dengan dilengkapi tempat penginapan. Dari pengelolaan tersebut membawa hasil yang memuaskan namun pada tanggal 17 januari tahun 2000 terjadi kerusuhan Mataram yang mengimbas ke dunia pariwisata di NTB. Karena eforia reformasi, berbagai ekses terjadi, seperti tawuran antarkampung di Bima. Bungalo itu terbengkalai. Entah karena sepinya kunjungan, atau sebab lain, sebuah hotel di Pantai Lawata, Bima, juga ikut gulung tikar. Kini Pemkab Bima mengambil-alih pengelolaan bekas hotel itu dan diperuntukkan bagi wisatawan lokal.
·      Promosi
Pelaksanaan pemasaran atau promosi sangatlah penting dalam kegiatan pariwisata, pengembangan suatu obyek wisata akan lebih bagus apabila promosinya berjalan dengan lancar. Adapun promosi pariwisata Kota Bima yang tertuang dalam RTRW Kota Bima dapat dilihat sebagai berikut:
Promosi wisata dibedakan menjadi dua macam yaitu promosi langsung dan promosi secara tidak langsung:
a.   Promosi langsung yaitu dilakukan oleh semua lembaga yang bersangkutan dengan pemasaran (seperti produsen komponen pariwisata, biro perjalanan umum dan cabang-cabangnya, agen perjalanan.
b.   Promosi tidak langsung yaitu pertama-tama ditujukan pada penyalur produk pariwisata seperti biro perjalanan umum dan cabang-cabangnya, agen perjalanan, organisasi-organisasi perjalanan dan sebagainya.

3.    Analisis Permasalahan Obyek Wisata
1.    Atraksi wisata
Perkembangan suatu obyek wisata sangat dipengaruhi oleh adanya atraksi wisata di dalamnya dan merupakan faktor yang menjadi daya tarik wisatawan. Kendala atau permasalahan terhadap atraksi wisata yang ada di pantai Lawata adalah besarnya persaingan antar atraksi-atraksi wisata yang ditawarkan di setiap obyek wisata di Kota Bima. Pada saat ini yang menjadi persaingannya adalah wisata budaya, dimana sebagian besar wisatawan lebih menyukai wisata budaya disbanding dengan wisata alam terutama wisatawan mancanegara.
Adapun wisata alam pantai yang menjadi daya saingnya pantai Lawata dalam menarik jumlah wisatawan adalah kawasan wisata pantai Amahami, dimana obyek wisata ini dibangun dan dikembangkan mulai tahun 2003 dengan daya tariknya adalah menyajikan berbagai macam menu dengan café-café berjejer disepanjang pantai / jalan umum dengan area hidangan/makan diruang terbuka.
2.    Obyek wisata
Obyek wisata pantai Lawata merupakan salah satu obyek wisata yang tergolong dalam obyek wisata alam pantai dan pegunungan. Pada sub bagian analisis ini tentunya akan menganalisis bagaimana kendala yang terdapata pada obyek wisata pantai lawata khususnya yang berkaitan dengan dampaknya terhadap alam dan lingkungan yang ada yaitu antara lain:
a.    Jika pada musim panas/kemarau, panorama alamnya menjadi kurang bagus karena vegetasi yang ada tidak mendukung pada daerah tropis sehingga terkesan gersang dan panas.
b.    Pantainya terkesan kotor, disebabkan oleh wisatawan membuang sampah sembarang tempat dan belum tersedianya sarana tempat sampah.
c.    Pantainya sangat aman karena tidak berombak, tetapi pada sebagian wilayah pantainya terdapat terumbu karang sehingga agak tidak aman sebagai tempat permandian.
Hasil persepsi wisatawan yaitu sebanyak 100% responden mengatakan bahwa atraksi wisata masih memerlukan pengembangan dan penambahan terhadap atraksi wisata yang ada. Sedangkan dari hasil olahan kuisioner tersebut yang berpotensi untuk di kembangkan adalah  atraksi wisata disekitar wilayah pantai dan panorama alamnya karena kedua faktor tersebut yang menjadi daya tarik utama pada obyek wista pantai Lawata.








Diagram Persepsi Wisatawan tentang pengembangan atraksi wisata
3.    Aksesibilitas
Pada umumnya tingkat aksesibilitas Kota Bima sangat mendukung terhadap aktivitas wisatawan yang berkunjung di obyek wisata yang berada di Kota Bima, namun yang menjadi kendala adalah tingkat kemudahan pencapaian ke obyek wisata Pantai Lawata agak sulit karena belum adanya sarana angkutan kota yang melewati obyek wisata tersebut dan belum adanya bus pariwisata yang menghubungkan masing-masing obyek wisata di Kota Bima.
4.    Sarana dan prasarana
Karakteristik kondisi sarana dan prasarana obyek wisata pantai Lawata sangat berpengaruh terhadap pengembangan pantai Lawata. Dimana kondisinya saat ini sangat memprihatinkan karena kurangnya perhatian dari pihak pengelola sehingga sebagian sarana kepariwisataannya mengalami kerusakan terhadap struktur bangunannya.





Diagram Persepsi Wisatawan tentang tingkat pelayanan sarana kepariwisataan obyek wisata Pantai Lawata
5.    Pengelolaan obyek wisata
Pada umumnya karakteristik pengelolaan lingkungan obyek wisata sangat mendukung pantai Lawata sebagai obyek wisata, dimana belum adanya perubahan pola lingkungan akibat pembanguanan yang dilakukan oleh pengelola. Pembangunan yang dilakukanpun mengikuti kondisi topografi wisalayah setempat. Namun yang  menjadi kendala dalam pengembangan obyek wisata tersebut yaitu daya dukung lahanya sangat lemah karena wilayah obyek wisata pantai lawata sangat kecil sehingga untuk pembangunan yang lebih besar sangat susah.
6.    Kelembagaan
·      Pengelolaan Obyek Wisata
Pengelola obyek wisata pada saat ini masih dipegang oleh pemerinta setempat, namun yang menjadi kendala dalam pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pemerintah adalah belum maksimalnya pengelolaan yang dilakukan oleh DIKBUDPAR Kota Bima dengan alasan bahwa Pemda Kota Bima lebih memfokuskan pembangunan terhadap infrastruktur Kota.
·      Promosi
Promosi yang tertuang dalam RTRW Kota Bima sepenuhnya belum terlaksanakan dengan baik sehingga hasilnya belum memuaskan karena dana untuk pengembangan obyek wisata pada tahun 2002-2006 belum ada dan pada akhir tahun 2006 baru keluar dana untuk destinasi pariwisata Kota Bima. Dana yang keluar dari Pemda Kota Bima masih sangat sedikit dari dana yang dibutuhkan yaitu seperti yang sudah dijelaskan pada analisis potensi pengelolaan obyek wisata diatas.
·      Kebijakan PEMDA
Dari hasil wawancara dengan salah seorang pegawai Dikbudpar mengatakan bahwa sepenuhnya kebijakan-kebijakan Pemda terhadap sektor pariwisiata belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, dengan alasan bahwa pada tahun 2002-2007 PEMDA masih terfokus pada pembangunan infrastruktur kota karena Kota Bima pada tahun 2002 baru terbentuk atau terjadi pemekaran dari Kabupaten Bima (induk Kota Bima).
7.    Pengembangan wisatawan
Dalam pengembangan pariwisata, potensi wisatawan/pengunjung dapat dijadikan parameter dalam perencanaan  pengembangan suatu kawasan pariwisata. Sebagai salah satu indikator dalam penentuan percepatan pertumbuhan suatu kawasan wisata, perlu diketahui seberapa besar laju pertumbuhan jumlah wisatawan pada obyek wisata tersebut. Dan untuk kebutuhan perencanaan ke depan, laju per-tumbuhan tersebut dijadikan sebagai dasar dalam melakukan proyeksi wisatawan.
Tabel Jumlah Wisatawan Domestik dan Mancanegara Di Obyek Wisata Pantai Lawata Pada Tahun 2002-2006
No.
Jenis Wisatawan
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
1.
Domestik
9.584
10.400
7.900
8.062
3.150
2.
Mancanegara
1.100
300
125
100
48
Jumlah
10.684
10.700
8.025
8.162
3.198
Sumber: Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Bima, 2008
1.   Kecendrungan Wisatawan Domestik
Dari kecenderungan jumlah wisatawan yang semakin menurun tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor, yang antara lain sebagai berikut:
a.   Munculnya obyek wisata baru di Kota Bima, yaitu Pantai Amahami dan sekitarnya (lokasinya 500 meter dari Pantai Lawata) yang berkembang dan dibangun pada tahun 2003. Dengan adanya obyek wisata Pantai Amahami sangat menarik jumlah wisatawan lokal yang sangat besar, dimana pada obyek wisata ini terdapat café-café yang berjejer disepanjang pantai atau sepanjang jalan utama/arteri primer dengan menyajikan barbagai macam menu.
b.    Semakin menurunnya tingkat kualitas lingkungan dan fasilitas wisata Pantai Lawata.
c.    Tidak adanya rute perjalanan wisata di Kota Bima yang memadukan potensi pada masing-masing obyek wisata.


2.   Kecendrungan Wisatawan Mancanegara
Kecendrungan wisatawan mancanegara beda halnya dengan wisatawan domestik, dimana wisatawan mancanegara setiap tahunnya mengalami penurunan yaitu pada tahun 2002 berjumlah 1.100 orang wisatawan dan pada tahun 2006 menjadi 48 orang atau rata-rata persentase pertumbuhannya -51,51%. Menurunnya jumlah wisatawan mancanegara sangat dipengaruhi oleh faktor-fator sebagai berikut:
·         Tragedi bom Bali di Provinsi Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 dan tanggal 1 oktober 2005 menyebabkan citra pariwisata Indonesia menjadi sorotan dunia yang berdampak pada pembatalan dan penundaan perjalanan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Wisatawan menjadi enggan mengunjungi Negara Indonesia dengan alasan keamanan.
·         Tragedi kerusuhan Mataram pada tanggal 17 Januari 2000 yang mengimbas ke dunia pariwisata di NTB. Karena eforia reformasi, berbagai ekses terjadi, seperti tawuran antarkampung di Bima. Bungalo itu terbengkalai. Entah karena sepinya kunjungan, atau sebab lain, pihak swasta pengelola Pantai Lawata, Bima, juga ikut gulung tikar.
·         Besarnya daya saing wisata alam dengan wisata budaya, dimana wisatawan mancanegara lebih menyukai wisata budaya dibanding wisata alam.
·         Semakin kurangnya promosi oleh pihak pengelola terhadap obyek wisata.
·         Kurang kerja samanya pihak pengelola dengan biro perjalanan

Kesimpulan
1.    Karakteristik Fisik Obyek Wisata Pantai Lawata
Dari hasil pembahasan karakteristik fisik obyek wisata Pantai Lawata menunjukkan bahwa kondisi fisiknya antara lain sebagai berikut:
a.    Kawasan pantai Lawata memiliki topografi yang bervariasi yaitu ada yang datar, landai dan perbukitan. Kawasan yang datar sebagian besar berada disepanjang pesisir pantai dengan kemiringan lahan 2% - 6%, sedangkan lahan yang amat curam berada di tengah kawasan dan membentuk dua bukit dengan kemiringan 20% - 40%.
b.    Penggunaan lahan dalam obyek wisata yaitu penginapan, cottage, kolam renang, dll dengan luas lahan 50 are.
c.    Jenis atraksi wisata yang terdapat di Pantai Lawata yaitu permandian air laut, berperahu kano, view yang indah kearah laut dan pegungungan, dll.
d.    Pada umumnya kondisi fisik sarana dan prsarana obyek wisata berkondisi baik tetapi tidak terawat sehingga terkesan kotor dan jorok dan menimbulkan kerusakan terhadap sarana dan prasarana tersebut. Selain itu juga, ada sebagian sarana yang mengalami rusak parah dan tidak bisa difungsikan seperti kolam renang, mushollah dan WC.
2.    Potensi Obyek Wisata Pantai Lawata
Dari hasil analisis potensi obyek wisata pantai Lawata dapat disimpulkan  sebagai berikut:
a.    Kota Bima berada di wilayah yang strategis, dimana merupakan jalur persinggahan dari rute pariwisata Nasional (Indonesia Barat – Indonesia Timur) dari Jawa-Bali-Lombok menuju NTT. 
b.    Adanya potensi utama obyek wisata Pantai Lawata berdasarkan potensi alam dan potensi budaya yang antara lain seabagai berikut:
1.    Potensi alam Pantai Lawata
·         Panorama alam pantai dan pegunungan
·         Sun set
·         Pasir putih
·         Laut yang bersih dan tenang/tidak berombak
·         Goa peninggalan jepang
·         Permandian air laut
·         Bermain kano
·         Berperahu disekitar obyek wisata
·         memancing
2.    Potensi budaya (historis) Pantai Lawata
·         Pantai Lawata memiliki sejarah (cerita legendaries) begitu unik sebagai daya tarik wisata, dimana merupakan tempat peristrahatan dan permandian Raja/Kesultanan Bima dan merupakan tempat penyambutan pertama kedatangan raja pertama Bima yaitu Indra Zamrud.
·         goa peninggalan jepang, merupakan tempat persembunyian dari serangan udara para sekutu.
c.    Keunikan yang terdapat di Pantai Lawata adalah dengan adanya dua buah bukit dalam kawasan wisata pantai, sehingga dapat digunakan untuk menikmati panorama alam pantai dibawahnya dengan hamparan pasir putih dan laut yang bersih, serta panorama alam pegunungan yang ada di sekitar kawasan wisata.
3.    Permasalahan obyek wisata Pantai Lawata
Dari hasil analisis kendala obyek wisata Pantai Lawata dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.    Munculnya obyek dan daya tarik wisata baru di wilayah Kota Bima, sehingga berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan domestik/lokal di Pantai Lawata.
b.    Besarnya daya saing antara wisata alam dengan wisata budaya dalam hal menarik jumlah wisatawan mancanegara.
c.    Dengan adanya tragedi bom Bali, berdampak negatif (menurunnya jumlah pengunjung) pada obyek wisata yang ada di Nusa Tenggara Barat pada umumnya dan di Pantai Lawata pada khususnya.
d.    Belum adanya rencana induk pengembangan obyek wisata di kota Bima sehingga program pengembangannya tidak terarah dan bahkan tidak terlaksana.
e.    Pada tahun 2002-2006 pemerintah daerah lebih terfokus pada pembangunan infrastruktur kota sehingga sektor pariwisata belum sepenuhnya diperhatikan.
f.     Kurang maksimalnya program promosi/pemasaran dan kebijakan yang ada belum sepenuhnya di lakukan.

Rekomendasi
Berikut merupakan suatu rekomendasi atau usuluan pengembangan yang dapat di terapkan pada obyek wisata Pantai lawata, yang antara lain sebagai berikut:
1.    Pihak pengelola/pemilik
a.    Melakukan pembenahan dan renovasi terhadap lingkungan serta sarana dan prasarana kepariwisataan di obyek wisata Pantai Lawata.
b.    Kerja sama dengan biro perjalanan dan pihak swasta (investor) sebagai pengelola obyek wisata, supaya pengelolaannya lebih terfokus dan lebih maksimal.
c.    Mengoptimalkan kegiatan promosi/pemasaran
d.    Melestarikan dan merawat lingkungan obyek wisata pantai Lawata, dimana Pantai Lawata mengandalkan panorama alam sebagai daya tarik utamanya dan memiliki nilai historis yang unik.
e.    Membuat perencanaan pariwisata terpadu, yaitu rute perjalanan wisata yang menggabungkan obyek wisata alam dan wisata budaya, dimana didalamnya tercakup obyek wisata pantai Lawata.
f.     Pengembangan paket wisata ini adalah mengaitkan obyek-obyek wisata yang ada di Kota Bima  menjadi satu paket perjalanan wisata, misalnya orang yang akan dan melewati Kota Bima  diarahkan untuk berhenti di Kota Bima  (untuk menginap di Bima), dan kemudian diarahkan untuk mengunjungi obyek wisata yang ada.
g.    Mengembangkan sistem linkage  antara obyek wisata yang telah dikenal dengan obyek wisata yang belum dikenal, dalam hal ini untuk lingkup Kota Bima dapat digabungkan antara kegiatan wisata di sekitar Pantai Lawata dengan wisata disekitar Pulau Kambing
h.    Memanfaatkan potensi historis / sejarah Pantai Lawata sebagai daya tarik wisata dengan menyebarkan cerita sejarah pantai Lawata dalam bentuk promosi dan membuat suatu icon sebagai simbolis pada sajarah Pantai Lawata.
i.      Memasarkan hasil kerajinan masyarakat dalam obyek wisata sebagai cinderamata
j.      Meningkatkan mutu dan kualitas serta pelayanan sarana dan prasarana kepariwisataan Pantai Lawata
k.    Pengembangan terhadap atraksi-atraksi wisata seperti terumbu karang, pemandangan alam dan aktivitas di pantai.
l.      Memanfaatkan sekolah atau mengikuti penyelenggaraan konfrensi atau seminar kepariwisataan dalam mendukung kualitas SDM sekaligus dalam mempersiapkan tenaga-tenaga profesional dalam bidang kepariwisataan.
m.   Peningkatan secara kualitatif dan kuantitafif akan kesenian rakyat yang dapat dijadikan salah satu atraksi wisata.
n.    Untuk mengantisipasi dampaknya obyek wisata terhadap masalah portitusi, maka perlunya membuat pertauran yang ketat dan melakukan rajiah rutin oleh pemerintah setempat.
2.    Masyarakat/wisatawan
a.    Masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam pengembangan obyek wisata pantai Lawata.
b.    Berperilaku ramah terhadap lingkungan sekitar.
c.    Membantu pihak pengelola dalam proses promosi, dengan cara menceritakan kesan-kesannya selama berada di pantai Lawata kepada teman atau keluarganya.
d.    Memiliki nilai sadar wisata yang tinggi, dengan mentaati peraturan yang ada dalam kawasan wisata.


Daftar Pustaka
1.    Sumber dari buku:
Damanik Janianto dan F. Weber Helmut, 2006, Perencanaan Ekowisata, Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) dan Penerbit Andi, Yogyakarta.
Gelge I Putu, 2006,  Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-WTO), Refika Aditama, Bandung.
Kusmayadi dan Sugiarto Endar, 2000, Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mill Christie Robert, 1996, Tourism The International Business, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Marpaung Happy dan Bahar Herman, 2002, Pengantar Pariwisata, Alfabeta, Bandung.
Marpaung Happy, 2002, Pengetahuan Kepariwisataan, Alfabeta, Bandung.
Sedarmayanti, 2005, Membangun Kebudayaan dan Pariwisata, CV. Mandar Maju, Bandung.
Suwantoror Gamal, 1997, Dasar-Dasar Pariwisata, Andi, Yogyakarta.
Suyitno, 2001, Perencanaan Wisata (Tour Planning), Penarbit Kanisius.
2.    Sumber dari instansi/dinas pemerintahan:
BPS Kota Bima. Kota Bima Dalam Angka Tahun 2002-2006
BPS Kota Bima. Kecamatan Rasanae Barat Dalam Angka Tahun 2002-2006
Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, Direktorat Jenderal Pariwisata (Proyek Pengembangan Pariwisata NTB), 1998, Studi Pengembangan Kawasan Wisata Teluk Bima Provinsi NTB, Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Mataram, Mataram NTB.
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 1997, Studi Pengembangan Model Desa Adat Sebagai Obyek Wisata Budaya Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat, Lembaga Penelitian, ITB.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima Tahun 2003-2013.
Rencana Strategis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2003-2008.
3.    Aturan/Ketentuan
Undang-undang No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
Undang-undang No.5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
4.    Sumber Dari Hasil Penelitian (Skripsi):
Abdullah Hasan, 2006, Potensi Pengembangan Obyek Wisata Tepian Pantai Di Kota Tidore Kepulauan, Tugas Akhir Universitas “45”, Makassar.
Fadli Muhammad, 2003, pengembangan kawasan wisata Bendungan kalola Kec. Maniang Wajo, Acuan Perancangan Tugas Akhir Teknik Arsitektur, Universitas Hasanuddin, Makassar.