Jumat, 08 April 2011

Model-model Analisis


Model-model Analisis
         
Usaha untuk pemecahan permasalahan tersebut sudah tentu tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Dalam usaha ini perlu dilakukan analisa dan perkiraan potensi perkembangannya dimasa yang akan datang dengan melakukan proyeksi.

          A. Kependudukan
          Metoda yang dapat dipergunakan memperkirakan jumlah  penduduk dimasa yang akan datang antara lain :
1.   Bunga Berganda
2.   Regresi Linier
3.   Cohort Survival Method (CSM)
4.   Polynomial
          Sedangkan untuk melihat perbandingan jumlah penduduk menurut struktur usianya (terutama usia pendidikan dan usia produktif) sebagai patokan untuk menghitung kebutuhan jumlah unit dan ruang fasilitas pendidikan dimasa mendatang, dapat dihitung dengan menggunakan "metoda Sparague".
l.        Bunga Berganda
Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya. Rumus matematis bunga berganda adalah :

Pt + n  = Pt (1 + r) n

Dimana :
Pt          =  Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun dasar t
Pt+n      =  Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t+n
r            =   Rata-rata prosentase tambahan jumlah penduduk daerah yang  diselidiki  berdasarkan data masa lampau.
2.   Regresi Linier
Proyeksi jumlah penduduk dengan pendekatan statis­tik adalah dengan cara regresi linier. Teknik ini merupa­kan teknis secara grafis, dengan cara garis ekstrapolasi  ditarik dengan metoda selisih kuadrat minimum. Secara matematis, garis regresi dinyatakan dengan persamaan :

P = a + bx
Dimana :
P       =          Jumlah penduduk daerah yang diselidiki
x       =          Nilai yang diambil dari variabel bebas
a,b    =          Konstanta
Perhitungan konstanta diperoleh berdasarkan perhitungan :

P = Na + b X        (1)

  PX = a X + b X2   (2)

Persamaan (1) dan (2) memberi harga :

           P   X2  -   X   XP
a =
           N   X2  - (  X)2 

           N   XP  -   X   P
b =
              N   X2   - (  X) 2 
                            
Dengan  N = Jumlah tahun data pengamatan.
Untuk  kepentingan  proyeksi, rumus  regresi  linier ditulis :
           
Pt + n = a + b X t + n

3.  Cohort Survival Method (CSM)
Teknik perhitungan ini didasarkan pada selisih antara angka kematian dan angka tetap hidup berbagai ke­lompok umur, kelamin, dan lain-lain. Biasanya penduduk dikelompokkan menurut usia. Untuk mengetahui pertambahan keseluruhan, kelompok umur yang tetap hidup dijumlahkan. Untuk mengetahui laju pertambahan penduduk masing-masing kelompok umur, digunakan daftar kematian tiap-tiap kelom­pok umur, dan juga angka keseluruhan wanita tiap kelompok umur.
Untuk tiap selang (interval) usia, pertambahan jumlah penduduk diperhitungan dari :
·    Jumlah wanita melahirkan pada tiap kelompok usia,
·    Jumlah tetap hidup dengan menggunakan laju kematian pada tiap kelompok usia.

Keuntungan dari teknik ini adalah hasil dari perk­iraan penduduk berdasarkan kelompok umur, tetapi menuntut persyaratan kelengkapan data. Usaha pendistribusian penduduk dilakukan untuk dapat pula mengurangi tekanan di daerah yang sangat padat dengan memperhatikan kepadatan minimum dan dikaitkan dengan usaha pengembangan/pembagian fasilitas dan utilitas lingkungan.

          B. Analisis Ekonomi
          Jenis pendekatan yang dipergunakan pada analisis ini adalah Metoda Location Quotient (LQ), dengan rumus :

                     Si/Ni            Si/S       
    LQij  =                  =
                      S/N            Ni/N
Dimana :  
Si         = Jumlah buruh industri i di daerah  yang diselidiki.
S          = Jumlah  buruh  industri  seluruhnya  didaerah yang diselidiki.
Ni        = Jumlah buruh industri i  di   seluruh negara  atau  daerah  yang  lebih  luas dimana  daerah  yang diselidiki menjadi bagiannya.
N         = Jumlah  seluruh buruh diseluruh negara atau  daerah  yang  lebih  luas  dimana daerah yang diselidiki jadi bagiannya.

          C.           Pengembangan Jaringan Jalan
          Pengembangan jalan ini berfungsi untuk menentukan kemudahan hubungan antar tiap-tiap pusat kegiatan, dimana hal yang perlu dinilai adalah :
1.   Pengukuran Nilai Volume/Kapasitas (V/K) atau LHR (Lalu-lintas Harian Rata- rata)
2.   Penilaian Kondisi Jalan dan Prioritas Penanganannya
3.   Penentuan Fungsi Jaringan Jalan
4.   Pengukuran Aksesibilitas
          Untuk mengetahui kemudahan daya hubung atau aksesibili­tas antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, misalnya antara pusat pelayanan ke pemukiman, dapat digunakan beberapa cara yang mungkin akan digunakan adalah :
* Nilai aksesibilitas

                FKT  
      A =
                 d
Dimana :
A       =  Nilai aksesibilitas
F        =  Fungsi jalan 
K       =  Konstruksi jalan
T       =  Kondisi jalan (baik,sedang,buruk).
d        =  Jarak
Asumsi yang digunakan dalam metoda ini adalah :
·    relief topografi dianggap sama,
·    selera/faktor sosial diabaikan,
·    hanya ada satu jalan ke tempat yang dituju.

* Indeks aksesibilitas


                 Ej      
       Ai =           b
                dij      

Dimana :
Ei      =   Ukuran aktivitas (dapat  digunakan antara lain jumlah penduduk usia kerja)
dij      =   Waktu tempuh perjalanan  antara  daerah i dan j
b        =   Parameter

Perhitungan parameter b, dilakukan dengan menggunakan   grafik regresi linier, diperoleh berdasarkan perhitungan  :

                 T     
      k =
                P

Dimana :
T       =   Total individu trip
P        =   Jumlah penduduk di seluruh daerah

                     PiPj  
     Tij = k
                       P
Dimana :
Tij     =  Hypothetical trip volume
PiPj    =  Jumlah penduduk di daerah i dan j
P        =  Jumlah penduduk seluruh daerah

          D. Tinjauan Terhadap Pola Penggunaan Lahan
          Pengukuran  intensitas penggunaan lahan dapat mem­pergunakan metoda penentuan nilai :
1.   Location Quotient (LQ)
·    Untuk setiap penggunaan yang mempunyai nilai LQ>1 menunjukkan bahwa  intensitas  penggunaan  tersebut tinggi,
·    Untuk setiap penggunaan yang mempunyai nilai LQ<1 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan tersebut rendah
2.   Dominasi kegiatan
3.   Kajian mengenai kepadatan bangunan (KLB dan KDB saat ini) dan sempadan bangunan, yang dihubungkan dengan kebutuhan dimasa mendatang.

          E.  Pola Penyebaran dan Penyediaan Fasilitas/Utilitas
          Tinjauan terhadap penyebaran dan penyediaan fasilitas perkotaan, dimaksudkan untuk mengetahui :
·    kelengkapan dan tingkat pelayanan setiap fasilitas dan utilitas perkotaan,
·    kemerataan pelayanan fasilitas dan utilitas perkotaan ke seluruh bagian wilayah kota atau blok peruntukan,
·    hasil guna dan daya guna tiap-tiap jenis fasilitas dan utilitas perkotaan,
·    kualitas pelayanan fasilitas dan utilitas.
          Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis fasilitas didalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas umum yang memiliki tingkat pelayanan 100 % mengandung arti bahwa fasilitas tersebut, memiliki kemampuan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu kota dihitung tingkat pelayanannya dengan rumus :

                      aij/bj           
    T.Pij  =                 x 100% 
                      Cis       
    
Dimana :           
T.Pij  =   Tingkat Pelayanan Fasilitas i di kota j
aij      =   Jumlah Fasilitas i di kota j
bj       =   Jumlah Penduduk di kota j
Cis     =   Jumlah Fasilitas i per satuan penduduk Menurut  standar kota yang dipergunakan

          F. Analisis Perkiraan Kebutuhan Ruang
          Model yang digunakan dalam menentukan kebutuhan ruang kota ini adalah berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan sistem yang berlaku di Indonesia.
          Beberapa model standar yang dapat dipergunakan untuk  memperkirakan kebutuhan ruang tersebut,  antara lain :
·    Pedoman  standar lingkungan  pemukiman kota  (Puslitbang Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum).
·    Pedoman standar pembangunan perumahan sederhana.     
·    Peraturan Bangunan Nasional.
·    Undang-undang  Nomor 13 tahun 1980 tentang jalan (Departemen Pekerjaaan Umum Republik Indonesia).
·    Peraturan Geometris jalan raya  dan jembatan (Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum).      
·    Peraturan Pemerintah  Republik Indonesia Nomor 26 tahun 1985  tentang  jalan  (Direktorat  Jenderal  Bina  Marga Departemen Pekerjaan Umum).

          G. Struktur Tata Ruang
          Analisis terhadap struktur tata ruang kota dilaku­kan untuk mengetahui pola tingkatan pusat-pusat kegiatan yang ada di dalam kota. Pengelompokan kegiatan dan fasilitas/utilitas perkotaan pada lokasi-lokasi tertentu memberikan fungsi tertentu  pada lokasi tersebut,  yaitu  sebagai pusat-pusat pelayanan bagi kebutuhan penduduk kota.
Pendekatan yang dilakukan adalah :
·    Pengarahan dalam penempatan sarana sosial-ekonomi.
·    Penilaian keterpusatan fasilitas pelayanan, hal ini bertujuan untuk mewujudkan pusat-pusat dan sub pusat pusat pelayanan sebagai penopang kegiatan kota pada bagian-bagian wilayah pelayanannya.
·    Pendistribusian jumlah penduduk.
·    Akasesibilitas antar setiap pusat dan sub pusat pelayanan yang dinilai.
         
Adapun metodanya adalah :
·    Centralitas
·    Penentuan nilai indeks dari setiap faktor dalam penentuan pusat/sub pusat pelayanan
·    Sistem pembobotan
·    Skalogram
·    Optimal location dengan sistem median, yang metodanya terdiri dari Algoritma Substitusi Verteks, Maranzana dan sebagainya.

          H.           Lahan Potensial dan Pengaturan Daerah Konservasi
          Konsep pengaturan daerah konservasi untuk kelestarian lingkungan dan untuk melindungi daerah-daerah sekitar sungai dan jalur hijau jalan utama, dilakukan berdasarkan hasil analisis keadaan fisik dasar (topografi, geologi dan soil, hidrologi, vegetasi, dan sebagainya), keadaan flora dan fauna dan peningkatan sejarah. Dari analisis ini dapat dihasilkan daerah yang dapat menampung berbagai kegiatan yang tidak merusak kelestarian lingkungan. Metoda yang dapat dipergunakan adalah dengan melakukan Analisis Tumpang Tindih (Super Impose) dari hasil-hasil analisis fisik dasar untuk memperoleh lahan yang dapat dikembangkan (daya dukung lahan).

          I.            Analisis untuk Rencana Kebutuhan Investasi dan Sumber Pembiayaan Pembangunan Daerah

1.  Perhitungan ICOR
Perhitungan ICOR dilakukan dengan menggunakan masa tenggang satu tahun. Misalnya investasi yang dilakukan pada tahun 1993, rata-rata, rata-rata baru dapat menaikan pendapatan (PDRB = produk domestik regional bruto) pada tahun 1994. Perhitungan ICOR dilakukan dengan menggunakan rumus :


                It     
  k =
              Yt+1

Dimana :
k         =        ICOR
It         =        Investasi pada tahun t
Yt+1   =        Peningkatan PDRB pada tahun t+1

2.   Perkiraan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pendekatan Produk Domestik  Regional Bruto adalah merupakan salah satu alat untuk mengetahui tingkat perkem­bangan daerah. Dikaitkan dengan jumlah penduduk, PDRB dapat mencerminkan tingkat pendapatan perkapita dari dae­rah bersangkutan akan memberikan gambaran laju pertumbuhan daerah.
3.   Perhitungan Kebutuhan Investasi
Kebutuhan investasi dihitung dengan menggunakan rumus :    

I  = k.g.y
Dimana :
I     =   Jumlah investasi
k    =   ICOR
g     =   Laju pertmbuhan ekonomi
y    =   Produk Domestik Bruto Regional (PDRB)



4.  Perkiraan Pendapatan Asli Daerah
Dalam merencanakan dan memperkirakan pendapatan asli daerah dilakukan dengan memperhatikan komponen-kompo­nen yang mempengaruhi pendapatan tersebut, disamping ke­cenderungan-kecenderungan pada tahun- tahun yang lalu untuk komponen-komponen penerimaan/pendapatan yang kira-kira sifatnya sama, pertama-tama akan digunakan rumus regresi :

Yt   = a + bXt

Dimana :
Yt     =     Jumlah pendapatan pada tahun t
a       =     Konstanta
b       =     Koefisien regresi
Xt     =     Jumlah  pendapatan  komponen obyek pendapatan utama pada tahun t      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar